Skip to main content

Asuhan Keperawatan pasien Aritmia

Pengkajian
  1. Riwayat penyakit
  2. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
  3. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
  4. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
  5. Kondisi psikososial


Pemeriksaan Fisik
  • Aktivitas : kelelahan umum
  • Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
  • Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
  • Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
  • Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
  • Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
  • Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
  • Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.


Diagnosa keperawatan dan Intervensi

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil :
  • Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.
  • Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
  • Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.


Intervensi :
  • Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
  • Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
  • Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
  • Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung.
  • Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
  • Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi.
  • Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD.
  • Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
  • Kolaborasi : Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
  • Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
  • Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
  • Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
  • Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
  • Masukkan/pertahankan masukan IV
  • Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
  • Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator



2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil :
  • Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
  • Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat.

Intervensi :
  • Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
  • Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga.
  • Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.
  • Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan.
  • Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
  • Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein.
  • Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang.
  • Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
  • Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
  • Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.



DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001

Comments

Popular posts from this blog

Appendicitis - Healing Acute Pain

Acute appendicitis is defined as the acute inflammation of the appendix. It is considered to be the most common cause of abdominal pain and distress in children and teenagers worldwide (ages 4-15). The appendix is a channel in its interior that communicates with the large intestine where feces semifluidas. The appendix is a small pouch attached to your large intestine. It is thought that appendicitis begins when the opening from the appendix into the cecum becomes blocked. The blockage may be due to a build-up of thick mucus within the appendix or to stool that enters the appendix from the cecum. When the appendix is blocked by calculus and feces or it is squeezed by the lymph nodes (due to bacterial infection, the lymph nodes usually become swollen and press against the appendix), it swells and usually doesn't receive enough blood. Bacteria grow inside the appendix, eventually causing its death. In acute appendicitis, the inflammation of the appendix is seriou...

Nursing Diagnosis for Rheumatoid Arthritis (RA)

Nursing Diagnosis for Rheumatoid Arthritis (RA) Rheumatoid Arthritis (RA) is a chronic, systemic inflammatory disorder that may affect many tissues and organs, but principally attacks synovial joints. The process produces an inflammatory response of the synovium (synovitis) secondary to hyperplasia of synovial cells, excess synovial fluid, and the development of pannus in the synovium. The pathology of the disease process often leads to the destruction of articular cartilage and ankylosis of the joints. Rheumatoid arthritis can also produce diffuse inflammation in the lungs, pericardium, pleura, and sclera, and also nodular lesions, most common in subcutaneous tissue. Although the cause of rheumatoid arthritis is unknown, autoimmunity plays a pivotal role in both its chronicity and progression, and RA is considered a systemic autoimmune disease. Nursing Diagnosis for Rheumatoid Arthritis (RA) Acute Pain / Chronic related to distention of tissue by the accu...

Nanda Approved Nursing Diagnosis 2010 -2011

NANDA Approved Nursing Diagnosis 2007-2008 contains 188 nursing diagnosis, latest NANDA-I Approved Nursing Diagnosis 2009-2011 contains an additional 21 new nursing diagnosis, 9 revisions diagnosis and some of diagnosis are not used again. Total nursing diagnosis at this time is 205 nursing diagnosis. Nanda I usually revised every 2 years, but this time NANDA I publish a list of NANDA Nursing Diagnosis for period of three years. for complete list of NANDA Approved Nursing Diagnosis 2009-2011, Source : Nanda - Approved Nursing Diagnosis 2010 -2011 : http://ncp-blog.blogspot.com/2010/11/nanda-approved-nursing-diagnosis-2010.html Related Articles